Cristiano Ronaldo, Anak Gunung Yang Jadi Terbaik Di Dunia


Jurnalis Goal Internasional Ben Hayward menyusun laporan khusus mengenai peraih Ballon d'Or 2014, mulai dari awal kehidupannya di Portugal hingga saat ini.
Cristiano Ronaldo. Publik mengenalnya sebagai salah satu pemain terbaik di dunia saat ini. Diberikannya penghargaan Ballon d'Or 2014 dinihari tadi di Zurich, Swiss pun menegaskan hal tersebut.

Tapi, sebelum keberhasilannya meraih prestasi demi prestasi, kesuksesan dan kesuksesan sekaligus trofi demi trofi, Ronaldo menjalani kehidupan yang tidak bisa dikatakan mudah di masa mudanya.

Ronaldo lahir di daerah miskin ibu kota Madeira, Funchal. Dia tumbuh dan berkembang di daerah pegunungan di sebuah kota yang berada di pulau terbesar yang bernama Santo Antonio. Awal mula perjalanan kehidupan Ronaldo tak bisa dikatakan mudah.

Kelahiran Ronaldo bisa dikatakan tidak masuk dalam rencana orang tuanya. Ibunya, yang hanya bekerja sebagai tukang masak, dan ayah yang bekerja sebagai tukang kebun, setiap harinya mengalami kesulitan hanya untuk bisa menyajikan makanan di meja mereka. Yang memperparah kondisi adalah ketergantungan alkohol ayah Ronaldo, yang membuatnya meninggal dunia pada 2005.

Nama Cristiano Ronaldo sendiri muncul karena 'urunan' kedua orang tuanya. Cristiano merupakan masukan dari ibunya, sementara Ronaldo dari sang ayah, yang diambil dari tokoh idolanya, aktor dan kemudian presiden Amerika Serikat Ronald Reagen.

Dan di usianya yang masih tujuh tahun, Ronaldo sudah berhasil mencuri perhatian lewat aksinya di lapangan hijau. klub lokal Andorinha menjadi klub pertama yang dibelanya dengan Francisco Afonso menjadi pelatih pertamanya.

"Dia sudah terlihat spesial sejak awal, Anda bisa langsung melihatnya," ungkapnya kepada Goal.

"Dia begitu mungil, tapi memiliki determinasi. Dia sempat jadi pemain belakang, tapi kemudian lebih maju karena dia ingin lebih terlibat dalam segala hal. Dia bagus menggunakan dua kakinya dan cepat, dengan teknik bagus karena dia tak pernah berhenti berlatih, dan dia selalu menginginkan bola. Sepakbola adalah segalanya untuknya, dan saat dia tak bisa bermain, dia tak langsung terpuruk."

Rui Alves, sahabat masa kecil Ronaldo yang tetap berteman dekat dengan penyerang Real Madrid tersebut juga menegaskan bahwa sepakbola menjadi satu-satunya fokus Ronaldo.

"Kami sering bermain setiap saat, tapi Cristiano selalu menendang bola. Saya pernah mengajaknya bermain permainan lainnya, tapi dia hanya ingin bermain sepakbola. Kami pernah pergi ke toko roti menjelang malam untuk menunggu kue yang tidak dijual karena memang dibagikan secara gratis, tapi ke mana pun kami pergi, dia selalu membawa bola miliknya."

Ditambahkan Rui Alves, Ronaldo sangat terkenal di Andorinha. Ricardo, teman bermain Ronaldo di kampung halamannya juga mengungkapkan peraih Ballon d'Or tiga kali tersebut sangat kompetitif.

"Dia selalu berusaha lebih baik dibanding pemain lain. Anda bia melihatnya, meski di usia yang sangat muda sekali pun. Tapi bila dia tak bisa mendapatkan bola, dia sangat kesal. Dan bila kami kalah, dia menangis," jelas Ricardo.

Salah satu momen di mana Ronaldo menangis saat membela Andorinha adalah kala di babak pertama sukses mengantar timnya unggul 3-0 dengan semua gol berasal darinya. Tapi kemudian dia mengalami cedera kepala dan harus dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani perawatan. Setelah diperban, Ronaldo kembali ke lapangan dan sangat kesal karena timnya malah kalah 4-3.

Ronaldo semakin dikenal ketika Nacional, tim terbesar di pulau tempatnya tinggal, merekrutnya. Di usia 12 tahun, Ronaldo meneken kontrak resmi sebagai pemain muda. Tapi setelahnya banyak yang menyadari level Ronaldo bukanlah sekadar kompetisi lokal dan regional. Anggota dewan Madeiran Joao Marqus de Freitas pun menghubungi pencari bakat Sporting Lisbon, Aurelio Pereira, untuk bisa memberikan kesempatan uji coba kepada Ronaldo di daratan.

"Saya bertemu Ronaldo saat dia masih 11 tahun." Ujar Freitas kepada Goal.

"Ayah baptisnya memperkenalkan saya dengannya dan mengatakan dia pemain yang sangat bagus. Dia sangat kecil, kurus kering dan terlihat rentan."

"Saya kemudian menghubungi orang yang bertanggung jawab pada pencarian bakat di Sporting dan saya memberi tahunya ada anak yang sangat bagus. Tapi mereka mengatakan dia masih terlalu muda dan dia mengatakan kami tak bisa mengirimkannya ke Lisbon."

"Jadi saya pun berbicara dengan ibu Cristiano, yang begitu rendah hati dan sangat berhati-hati. Dan dia memperbolehkannya pergi. Jadi kami membelikan Cristiano tiket pulang pergi ke Lisbon dan Cristiano pergi dengan tanda pengenal besar di dadanya untuk orang mengenalinya. Mr Aurelio menjemputnya langsung dan dia menghabiskan waktu empat hari di Lisbon."


Dan selama berada di Lisbon, Ronaldo sukses membuat pemandu bakat Sporting terkesima dan kemudian dia langsung diikat kontrak. Dengan Nacional masih berutang 25,000 euro pada Sporting, klub besar Portugal itu pun bisa menariknya secara gratis. Namun kabarnya ada kesepakatan lain di antara kedua klub yang sampai saat ini dirahasiakan.

Sejak saat itu, Ronaldo mulai mengembangkan dan mengarahkan kemampuannya. Dengan akademi sepakbola Sporting menjadi salah satu terbaik di Portugal, kemampuan Ronaldo pun semakin terasah. Ibu Ronaldo, yang merupakan fans berat Luis Figo dan juga Sporting, semakin bahagia melihat perkembangan putranya tersebut.

Namun Ronaldo tak menjalani kehidupan dengan mudah di perantauannya. Tak hanya dihinggapi rindu kampung halaman dan ibunya, Ronaldo juga kerap dibully karena aksen Madeiran, yang disebut medok danndeso.


"Dia memang memiliki masalah di awal, tapi dia bisa mengatasinya karena kepribadian unik yang dimilikinya. Dia pemenang dan dia memiliki determinasi tak kenal takut sejak usia muda. Dia seorang petarung, anak jalanan. Ayahnya bukan orang yang bahagia dan meninggal beberapa tahun lalu. Jadi Cristiano memiliki masa kecil yang sulit, tapi dia selalu tahu bagaimana meresponnya dan dia tumbuh di masa sulit. Jadi ketika Sepp Blatter mengomentari dirinya dengan menyebutnya sebagai Commander pada 2013, dia membalas dengan mengatakan dirinya memberikan respon di lapangan, dan dia melakukannya. Dalam hal itu, Blatter benar. Dia seorang commander," cerita De Freitas.

Rui, teman masa kecil Ronaldo, menambahkan: "Orang tak tahu dirinya. Mereka merasa tahu, tapi ketika Anda bersamanya, dia adalah orang yang sangat baik dan rendah hati. Dia tidak mau kembali ke Santo Antonio karena banyak orang yang tidak bekerja dan mereka meminta uang, makanya dia memilih untuk tidak datang, tapi dia masih menjadi orang yang sama sekarang ini."

"Kami masih saling berhubungan dan dia selalu memiliki waktu buat kami," ungkap Ricardo.

"Ada yang lucu, ketika kami masih muda, saya sering melihat Pauleta bermain untuk Portugal dan berpikir mengapa kami yang dari Madeira tak memiliki pemain sepertinya, dan sekarang kami malah memiliki pemain yang lebih baik."

"Bagi banyak orang, Cristiano sudah memunculkan Madeira di peta dunia, dan kami selalu berterima kasih atas semua yang sudah dilakukannya buat kami."

Jadi, mungkin menjadi hal yang lumrah mengapa Ronaldo berteriak saat mengambil trofi Ballon d'Or di Zurich, mengingat dia sudah berhasil mentas dari kemiskinan, keterpurukan dan peruntungan yang buruk di usia muda dan menjadi salah satu pemain tersukses di jagat sepakbola saat ini. Madeira pantas berbangga atas putra lokal mereka.


0 komentar:

Posting Komentar

    Sponsor

    Bikin Toko Online? Disini Aja!